Lajnah Dakwah Ponpes Imam Bukhari
Jl. Raya Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton,Gondangrejo,Karanganyar Solo 57183

Banyak Bukan Berarti Benar

0

Kaum jahiliyah beranggapan bahwa timbangan kebenaran adalah apabila banyak yang mengikuti. Sedangkan kebatilan adalah apabila sedikit yang mengikuti. Itulah barometer mereka dalam menilai apakah sesuatu itu haq atau bathil.

Ini sangat bertentangan dengan Al-Quran. Allah azza wa jalla berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ

Artinya:  Jika engkau taati kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini,  mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.  ( QS. Al-Anam : 116 )

Juga dalam firmanNya :

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ

Artinya:  Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ( QS. Al-A'raf : 187 )

Maka ukuran kebenaran bukanlah dari banyak atau sedikitnya pengikut, tetapi ukuran kebenaran adalah Al Qur’an dan Sunnah (hadits Nabi yang shahih) menurut pemahaman salaf. Maka siapa yang berada di atas Al Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman salaf, dia berada di atas kebenaran sekalipun sedikit yang mengikuti.

Kebenaran tidak diukur dengan individu.

Para ulama mengatakan:

الحَقُّ لَا يُعْرَفُ بِالرِّجاَلِ، وَإِنَّماَ يُعْرَفُ الرِّجاَلُ بِالْحَقِّ

Kebenaran tidak dinilai dengan orang tertentu tapi  orang yang seharusnya dinilai dengan kebenaran.

Sering kita mendengar pernyataan bahwa syaikh fulan atau ustadz fulan atau kyai fulan pasti benar karena banyak pengikutnya.

Ketahuilah banyak bukanlah jaminan suatu kebenaran.

Allah azza wa jalla mengabarkan bahwa pengikut para nabi itu sedikit.

وَمَآ آمَنَ مَعَهُ إِلاَّ قَلِيلٌ 

Artinya: Dan tidaklah mengimani nya kecuali sedikit. ( QS. Hud 40 )

Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan dalam haditsnya bahwa ditampakkan dihadapan beliau sekumpulan umat, beliau melihat ada nabi yang hanya memiliki beberapa gelintir pengikut, ada yang hanya dua orang, ada yang hanya satu orang bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.

Dan bukan berarti bahwa  dakwah mereka tidak berhasil. Karena keberhasilan dalam dakwah tidak diukur dengan banyaknya pengikut, akan tetapi keberhasilannya dinilai tatkala seorang dai dalam dakwahnya berjalan diatas petunjuk Allah azza wa jalla.

Maka yang menjadi ukuran  bukanlah banyak atau sedikit akan tetapi apakah dia berada di atas kebenaran ataukah kebatilan.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بَدَأَ الإِسْلامُ غَرِيبًا ، وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Artinya:  Agama Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti permulaannya, maka berbahagialah orang yang asing. ( HR Muslim)

Keadaan seperti ini terjadi ketika fitnah tersebar, keburukan dan kesesatan meluas,  sehingga pengikut kebenaran hanya sedikit dan menjadi terasing di tengah-tengah kaumnya.

Tentu jika banyak dan benar maka ini nikmat. Tapi sunnatullah bahwa yang banyak biasanya berada di atas kebatilan

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

Artinya:  Tidaklah kebanyakan manusia beriman walaupun engkau sangat menginginkan mereka demikian. ( Qs.Yusuf 103)

Wallahu a’lam

Diringkas dari Kitab Syarah Masaail Jahiliyyah. Syaikh Sholih bin Fauzan Al Fauzan حفظه الله تعالى

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.